Review Buku "Pokoknya Menulis"
Bab pertama: membahas mengenai membaca kritis. Ini adalah
bahasan untuk membuat setiap pembaca lebih kritis maksud dari arti membaca
kritis pembaca mampu mengungkapkan gagasannya setelah membaca buku tersebut.
Dengan mesin reproduksi pengetahuan pembaca bisa menambah wawasannya dengan
cara membaca kritis
Bab
kedua: Kolaborasi adalah ajang bertegur sapa
dan bersilaturahmi ilmu pengetahuan”(2005:25). dalam kata lain kolaborasi
merupakan aktivitas duet. Adapun duetnya tidak harus laki-laki dan laki-laki, perempuan
dengan perempuan, tetapi dengan siapa saja tetap boleh. Berkolaborasi berarti
saling bekerjasama dalam menemukan kata-kata yang dianggap kurang bermanfaat
atau dalam kata lain adalah mengoreksi. Ketika menggunakan teknik berkolaborasi
harus ada salah satu yang menjadi pemimpin yang mempunyai kemampuan lebih dibandingkan
dengan yang lain.tugasnya adalah membimbing dan mengarahkan agar menulis dengan
aturan yang benar dan menaati aturan-aturan dalam menulis.
Metode kolaborasi adalah teknik yang bertujuan untuk
menghasilkan suatu tulisan yang baik dalam penulisan. Dengan metode ini
diharapkan penulis pemula semakin antusias dalam menulis dan berkarya. Oleh
sebab itu dengan adanya metode ini, pengajaran menulis sebaiknya dimulai sejak
dini agar membuatnya terbiasa dalam kegiatan menulis.
Bab ketiga mengenai dossa kecil, membuang sampah
karangan. Artinya jangan sampai penulis melakukan kesalah-kesalahan kecil.
Seperti keslahan dalam tanda baca dan lain sebagainya.
Bab keempat: membahas mengenai kesalahan dalam sistem
oendidikan nasional. Dalam
buku buku pokoknya menulis
menyinggung tentang teknik dan tahapan menulis dengan bekolaborasi dan
menghasilkan peserta didik membaca kritis. Agar
dapat membaca kritis dengan baik maka seorang kolaborator perlu melakukan hal-hal
berikut (Chaedar,pg 16): Baca cepat seluruh bacaan.
Ø Baca sekali lagi dengan saksama.
Ø Tandai bagian-bagian yang menarik,
penting, meragukan, mengagetkan atau membuat penasaran dengan menggunakan
stabile atau lainnya.
Ø Komentari tulisan tersebut baik dengan
pujian, kritik, saran, maupun no coment saja.
Ø Dan dibagian akhir berilah komentar
sebagai bentuk respon.
Membaca merupakan tahap awal untuk menulis, karena
dengan membaca maka seseorang akan memperoleh banyak pengetahuan dan dapat
lebih meragamkan informasi yang akan ia sampaikan. Saat mengoreksi tulisan temannya
kolaborator perlu memperhatikan:
Ø Mekanika tulisannya seperti: pencantuman
tanggal, nomor halaman, kerapihan kertas, penulisan judul dan sub judul,
penempatan dan penggunaan tanda baca, ejaan penulisan, angka, dan sebagainya.
Ø Isi kalimat dalam teks yang meliputi:
pola kalimat, argument-argumen yang disampaikan, hubungan antar paragraph, dan
sebagainya.
Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam collaborative writing. Menurut Hyland
(2009:81): prewriting, writing, editing,
rewriting dan publication.
Ø Prewriting,
dalam tahapan ini peserta collaborative
writing akan melakukan teknik untuk mendapatkan ide-ide kreatif sebanyak
mungkin dalam kelompok (brainstorming). Selanjutnya merencanakan sebuah tulisan
dengan membuat beberapa poin gagasan dari topik yang mereka pilih.
Ø Writing,
dalam tahapan ini peserta collaborative
writing akan melakukan penyusunan atau drafting.
Peserta menyusun konsep-konsep yang telah dipilih kedalam tulisan.
Ø Editing,
dalam tahapan ini terjadi proses peer
editing dimana peserta didik akan saling mengoreksi tulisan teman sejawat
mengenai kalimat yang tidak efektif, kesalahan dalam paragraph dan sebagainya.
Selanjutnya perkuat pernyataan dengan beberapa bukti yang relevan.
Ø Rewriting,
dalam tahapan ini peserta collaborative
writing mengidentifikasi fokus dan struktur penulisan, kemudian merevisi
atau memperbaiki tulisan yang bertujuan supaya lebih baik dari revisi
sebelumnya. Tahapan ini diangap sukses apabila menerapkan feedback dari hasil diskusi kolaborasi.
Ø Publication,
dalam tahapan ini ditandai dengan proofreading.
Peserta harus merapikan tulisan dan menilai hasil akhirnya serta selanjutnya
mempublikasikannya.
Salah satu yang menjadi penyakit penulis di
Indonesia adalah masih maraknya tindakan penjiplakan yang dilakukan oleh peserta
didik, guru dan dosen. Plagiarisme atau sering disebut plagiat adalah
penjiplakan atau pengambilan karangan, pendapat, dan sebagainya dari orang lain
dan menjadikannya seolah karangan dan pendapat sendiri. Menurut pak Chaedar
dalam buku Pokoknya Menulis. “Akhir
tahun 2004 media massa kita ribut melaporkan kasus penjiplakan yang dilakukan
oleh seorang pejabat tinggi negara. Di negara lain, kesalahan ini sudah cukup
untuk memaksanya lengser dari jabatannya” (2005:185). Ini menunjukan bahwa kaum
intelektual di Indonesia masih minim dalam keterampilan menulis.
Penjiplakan adalah kejahatan dalam dunia akademis.
Berbagai perguruan tinggi di Indonesia tentunya tidak ingin para mahasiswa
mereka terjerumus dalam lembah hitam akademis ini. belajar dari kejadian-kejadian
yang pernah terjadi, membuat para kaum intelektual berfikir keras dalam
melakukan suatu penulisan. Bahaya yang ditimbulkan dalam dunia akademis ini
sangat tidak menyehatkan. Penjiplakan adalah noda dalm pendidikan yang harus
dihilangkan. Memang, penjiplakan menjadi hal yang sangat penting dalam dunia
akademis. Bagi siapapun yang melakukan penjiplakan, maka dianggap sebagai
penjahat dalam dunia akademis.
Menurut Alwasilah (2000), collaborative writing ini memiliki sejumlah kelebihan sebagai
berikut: (a) menanamkan kerjasama dan toleransi terhadap pendapat orang lain
dan meningkatkan kemampuan memformulasi dan menyatakan gagasan; (b) menanamkan
sikap akan menulis sebagai suatu proses karena kerja kelompok menekankan
revisi, memungkinkan mahasiswa yang agak lemah mengenal tulisan karya sejawat
yang lebih kuat; (c) mendorong mahasiswa saling belajar dalam kerja kelompok,
dan menyajikan suasana kerja yang akan mereka alami dalam dunia profesional di
masa mendatang; dan (d) membiasakan koreksi diri dan menulis draf secara
berulang, dimana mahasiswa sebagai penulis menjadi pembacanya yang paling
setia. Dengan berkolaborasi hubungan antar mahasiswa akan menjadi lebih akrab,
walaupun tujuan utamanya adalah saling mengoreksi tulisan masing-masing.
Di samping
kelebihan-kelebihan di atas, strategi collaborative
writing ada beberapa kekurangan, dan yang terutama adalah (1) sulitnya
mendapatkan sejawat yang dapat bekerja sama, (2) dalam kerja kelompok
seringkali didapat terlalu banyak alternatif atau saran perbaikan yang
membingungkan dan (3) menyita banyak waktu dosen dan mahasiswa (Alwasilah,
2000). Berkolaborasi dengan teman harus memperhitungkan kualitas seorang
kolaborator. Hal inilah yang menjadikan teknik kolaborasi bisa menjadi berhasil
atau gagal. Pengetahuan seorang kolaborator akan menjadi pertaruhan ketika
mengoreksi tulisan temannya.
Buku ini mempunyai banyak manfaat bagi para penulis,
terutama penulis pemula. Disamping mempelajari teori-teori tentang menulis,
buku ini lebih mengarahkan penulis pemula agar segera melakukan praktek
menulis. Artinya penulis pemula lebih ditekankan untuk segera menulis. Dengan
adanya metode kolaborasi penulis pemula akan lebih antusias dalam membuat
tulisannya. Selain itu dengan membaca buku ini, pembaca bisa tahu bahwa
tindakan penjiplakan adalah tindakan yang melanggar dalam dunia akademis.
Setelah membaca buku ini, sebagai kaum intelektual
sudah seyogianya para mahasiswa mempunyai kesadaran dengan perannya sebagai
kaum akademis. Menulis menjadi tolak ukur peran seorang mahasiswa dalam dunia
akademis. Oleh sebab itu semoga dengan membaca buku ini bisa memberikan jawaban
untuk para penulis masa depan yang lebih menantang. Para penulis pemula bisa
memahami bagaimana melakukan penulisan yang baik dengan mengasah kemampuannya
dengan tahap membaca kritis dan juga dengan menggunakan teknik kolaborasi.
Dewasa ini, Indonesia masih
belum bisa mengalahkan Negara tetangganya dalam hal menulis. Kecenderungan
bahwa sebagian besar kaum intelektual Indonesia jarang menulis menjadi tolak
ukur produktif tidaknya para kaum intelektual Indonesia. Melihat kenyataan yang
seperti ini, sudah seharusnya dengan hadirnya buku ini bisa membuka semua pihak
bahwa Indonesia harus lebih produktif dalam menulis. Dengan pardigma baru yang
dihadirkan dalam buku ini, dimana para ilmuan haruslah menulis menjadi faktor
pendorong dalam menciptakan para ilmuan yang produktif menulis.
Makasih kak tipsnya :D hehe, jadi pengen coba nge review hehe :D
BalasHapushttp://halohijab.com/
Iya, mereview itu menyenangkan
BalasHapus